Klinik Hipnoterapi Surabaya | Miskonsepsi Tentang Hipnosis

Dari berbagai jenis hipnosis yang dibicarakan sebelumnya, sejumlah hipnoterapis bersikap antipati terhadap hipnotisme panggung. Bagaimanapun, pengetahuan klien tentang hipnotisme banyak bersumber dari hipnotisme panggung. Kebanyakan kecemasan klien dalam sesi awal bersumber dari pengalamannya menyaksikan atau mendengar kisah tentang sang hipnotis hiburan yang seolah-olah bisa mengontrol perilaku seseorang atau kasus-kasus kejahatan yang menggunakan teknik yang menyerupai hipnosis...


Ini berarti bahwa terapis perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hipnotisme panggung dan berbagai miskonsepsi tentang hipnosis sehingga ketika klien mengungkapkan kekhawatirannya, terapis bisa menjelaskan dan menenangkannya. Berikut ini adalah beberapa miskonsepsi tentang hipnosis yang tentu saja akan terus bertambah dalam pengalaman praktis :

Miskonsepsi : 
- Hipnosis hanya bisa dialami orang yang berpikiran lemah.

Penjelasan : 
- Hampir setiap orang dapat dihipnosis. Pada awal sesi, dikatakan bahwa kita sebenarnya sedah akrab dengan trans. Setiap hari kita mengalami keadaan terhipnosis. Sulit dihindari bahwa semua orang menggunakan imajinasi, emosi, perhatian, dan konsentrasi mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Miskonsepsi : 
- Hipnotis bisa mengontrol orang lain menurut kemaunnya.

Penjelasan : 
- Sebenarnya hipnotis tidak hanya terbatas pada orang-orang yang berprofesi sebagai hipnoterapis, tetapi juga setiap orang yang mampu menggunakan bahasa, mengarahkan perhatian, menangkap imajinasi seseorang. Dalam mengikuti sesi hipnoterapi, segala sesuatu tetap tergantung pada keinginan klien. Ini bisa dibandingkan dengan orang yang mendengarkan suatu argumen. Dia tetap berhak menerima atau menolaknya. Hipnoterapi hanya membantu perjalanan ke dunia bawah sadar. Itulah dunia yang menjadi hak milik pribadi setiap klien.

Miskonsepsi : 
- Klien bisa kehilangan kontak dengan terapis.

Penjelasan :
- Miskonsepsi ini muncul pada orang-orang yang menyamakan hipnosis dengan tidur. Bagaimana mungkin klien tidak mendengarkan terapis bila ia tetap memberi respons terhadap sugesti atau ucapannya? Karena itu, klien sebenarnya hanya mengalami penurunan dalam kepekaan akan lingkungan sekitar. Ini terjadi karena ia masuk ke bawah sadarnya. Dalam keadaan ini, perhatian tidak lagi diarahkan keluar (fungsi sadar), tetapi diarahkan ke dalam (fungsi bawah sadar).

Miskonsepsi : 
- Klien tidak bisa dibangunkan.

Penjelasan :
-  Ini tampaknya mustahil terjadi. Dalam pengalaman saya, semua klien bisa dibangunkan. Masuk ke bawah sadar bisa diparalelkan dengan mengkhayal. Khayalan apapun pasti memiliki batas maksimal. Klien pasti bisa dibangunkan kembali.

Miskonsepsi : 
- Klien bisa kerasukan.

Penjelasan :
- Kecenderungan berpikir seperti ini muncul dalam masyarakat yang pernah menonton atau mendengar kisah-kisah menakutkan tentang hantu atau setan. Dalam hipnoterapim klien dipandu oleh terapis. Prosedur ini sudah tertata. Lagi pula, hipnoterapis yang profesional biasanya sudah peka dengan keinginan klien untuk keluar dari trans bila ia tidak kuat menghadapi isi bawah sadarnya.

Ketakutan dan kecemasan apapun yang dialami klien perlu didengarkan karena merekan pasti punya alasan. Lebih tepat bagi terapis untuk menanyakan alasan itu sembari menunjukkan niatnya untuk memahami kecemasan dan ketakutan klien. Lagipula, mendengarkan klien dengan penuh perhatian dapat menjadi pendahuluan yang baik dalam memupuk kepercayaan antara terapis dan klien. Bila kepercayaan itu sudah ada, klien akan menjadi lebih kooperatif.

Sumber : Buku Hipnoterapi (YF La Kahija)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar